Sepatu ku Membawa ku Memandang Indonesia. Atas, Bawah, Laut & Darat, Ia Kaya!

Menguak Misteri Letusan Gunung Api Sinabung


ISTIMEWA
Selama ini tak ada catatan kapan Gunung Sinabung pernah meletus. Menjadi tanda tanya besar ketika letusan dahsyat terjadi pada 28 Agustus - 7 September 2010. Mengapa gunung yang tadinya dianggap tak aktif itu kini memuntahkan material magma dan abu vulkanik?

Dataran Tinggi Karo memang aduhai eloknya. Di situlah keperkasaan Gunung Sinabung menjulang pada ketinggian 2.460 meter di atas permukaan laut. Kawasan penghasil aneka hortikultura itu menawarkan kenyamanan dan kesejukan bagi siapa saja yang berada di sana.

Dari generasi ke generasi, Dataran Tinggi Karo yang secara administratif berada di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatra Utara, itu telah memberi berkah kepada para penghuninya. Tanahnya subur dengan panorama elok, berselimutkan udara sejuk, segar, dan bersih. Beberapa sumber air panas alami muncul di kaki gunung.

Alam telah memberikan keharmonisan tiada tara. Pertanian dan perkebunan menjadi mata pencaharian warga. Begitu juga bagi masyarakat di luar Karo, kawasan indah itu sering menjadi tempat berekreasi, menikmati keelokan alam pegunungan.

Mereka merasa aman, nyaman, dan tenang. Apalagi selama ini tak ada catatan apa pun tentang letusan Gunung Sinabung yang memiliki empat kawah di puncaknya. Setidaknya, sejak tahun 1600 Sinabung tak pernah terdengar meletus.

Mulai Beraksi


Namun, apa daya, kenyamanan dan keberkahan alam yang telah berlangsung sangat lama itu terusik manakala Gunung Sinabung mulai beraksi pada 28 Agustus 2010. Tiba-tiba saja menjelang malam hari atau sekitar pukul 18.15 WIB masyarakat dikagetkan dengan suara letusan yang menggelegar.

Letusan pembuka itu memang tergolong kecil, namun mengejutkan masyarakat karena memang tidak pernah terjadi sebelumnya. "Letusan itu terjadi sebagai hasil interaksi magma dengan batuan sekitarnya yang jenuh air," ungkap Dr Sukhyar, Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Letusan itu disusul dengan hujan abu vulkanik. Warga pun panik dan bingung. Maklum, baik generasi sekarang maupun sebelumnya tak pernah mengalami peristiwa langka tersebut.

Tak hanya masyarakat, para ahli gunung api pun dibuat terkejut. Sinabung memang luput dari pemantauan. Maklum, kawasan ini memang tidak dilengkapi dengan peralatan pemantauan karena masuk dalam kategori gunung api tipe B, yakni gunung api yang berkawah dan memiliki lapangan solfatara atau fumarola tetapi tidak diketahui sejarah letusannya sejak tahun 1600.

Di tengah situasi galau dan tak menentu itulah, Pemda Karo dan Tim Tanggap Darurat dari Badan Geologi bertindak cepat. Mereka datang ke lokasi dan langsung mengevakuasi penduduk sebelum letusan lebih dahsyat terjadi.

Benar saja, letusan awal itu disusul oleh empat letusan eksplosif yakni pada 29 dan 30 Agustus dan dilanjutkan 3 dan 7 September 2010. Material magma pun dimuntahkan ke udara. "Kami bersyukur tidak ada korban jiwa dalam peristiwa letusan gunung api tersebut," ungkapnya.

Kini, setelah dua tahun peristiwa unik itu terjadi, tetap dibutuhkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan. Pasalnya, kecenderungan aktivitas Gunung Sinabung masih berkabut misteri. Artinya, untuk memprediksi kondisinya dalam jangka panjang, saat ini masih sulit dilakukan.

"Kita belum bisa mengetahui perilakunya karena Sinabung memang baru dipantau belakangan ini. Hal ini berbeda dengan gunung api lainnya yang telah dipantau selama berpuluh-puluh tahun lamanya," ujar dia.

Berlangsung Lama

Sukhyar menjelaskan berdasarkan pengalaman, aktivitas krisis dari suatu gunung api yang sudah lama istirahat cenderung berlangsung lama. Sebut saja letusan Gunung Galunggung, Jawa Barat, pada 1982 yang berselang 60 tahun dengan letusan sebelumnya, berlangsung selama 11 bulan.

Sementara itu, letusan Gunung Colo, Sulawesi Tengah, pada 1982 berselang 83 tahun dari letusan sebelumnya, berlangsung selama 9 bulan. "Oleh sebab itu, pemerintah daerah harus siap menghadapi skenario aktivitas Sinabung yang memakan waktu berbulan-bulan sebelum normal kembali," sarannya.

Di samping itu, peralatan pemantauan harus dibangun untuk memberikan peringatan dini terhadap letusan gunung api kepada masyarakat. Hal ini penting karena sebelum gunung api meletus, dia selalu memperlihatkan gejala awal.

Dengan demikian, cukup waktu untuk melakukan proses evakuasi sebelum gunung api meletus. Peralatan tersebut juga dapat memantau pergerakan magma sehingga lokasi evakuasi dapat ditentukan dengan aman.

Daerah yang saat ini terkena dampak, di masa datang juga berpotensi terkena dampak serupa sehingga pemanfaatan lahan di kawasan tersebut harus dipikirkan sejak saat ini. Suka atau tidak, pemda perlu segera menata tata ruang wilayah yang mengacu pada letusan terakhir. Sukhyar menyarankan, Peta Kawasan Rawan Bahaya (KRB) Gunung Api perlu segera disusun sebagai acuannya.

Upaya mitigasi yang tak kalah pentingnya adalah memberdayakan masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi. Mereka perlu ditumbuhkan kesadaran dan ditingkatkan kesiapsiagaannya dalam menghadapi bahaya letusan gunung api.

Mitigasi (upaya meminimalkan dampak negatif dari bencana) gunung api semacam ini diharapkan dapat mengurangi jumlah korban, baik material maupun jiwa manusia. Ini penting karena sampai sejauh ini kita tak mampu mencegah gunung api meletus.

Yang bisa dilakukan hanyalah mengurangi dampak negatif dari bencana alam tersebut. Melalui mitigasi tersebut, niscaya kita dapat hidup berdampingan dengan gunung api yang setiap saat siap bergetar hebat. *b siswo

Menjawab Teka-teki Meletusnya Gunung Sinabung


Gempa bumi tektonik memicu gunung api yang tengah "sakit" untuk meletus lebih cepat. Adakah hubungan antara aktivitas Gunung Sinabung dengan Patahan Semangko atau sesar aktif Sumatra? Pertanyaan ini patut dilontarkan karena sepanjang catatan manusia, Gunung Sinabung tak diketahui kapan dia meletus.

Seperti diketahui, aktivitas gunung api di Indonesia dicatat ketika Belanda masuk ke Tanah Air sekitar awal abad ke-17 atau pada tahun 1602. Dari berbagai catatan itulah, geolog asal Belanda, Newmann van Padang, menyusun katalog Gunung Api Indonesia.

Dari sinilah para ahli mengklasifikasikan gunung api di Indonesia dalam tiga tipe. Tipe A adalah gunung api yang pernah meletus sejak 1600 dan sampai sekarang masih aktif. Tipe B adalah gunung api yang memiliki kawah dan lapangan solfatara atau fumarola tetapi tidak diketahui sejarah letusannya sejak tahun 1600 sampai dengan sekarang.

Sementara itu, Tipe C adalah gunung api yang hanya memunyai lapangan solfatara atau fumarola di puncak atau di tubuhnya, tapi tidak ada rekaman letusan sejak tahun 1600. "Indonesia memiliki sekitar 129 gunung api dari tiga tipe tersebut," ungkap geolog dari Badan Geologi Dr Sukhyar.

Sebenarnya masih ada beberapa gunung yang menghembuskan belerang, namun belum teridentifikasi. Kalau ini dihitung, Indonesia memiliki sekitar 140 gunung api seperti yang tercantum dalam Katalog Gunung Api Dunia 1982.

Meletusnya Gunung Sinabung yang termasuk Tipe B itu tentu menjadi teka-teki. Mungkinkah letusan dua tahun silam itu dipicu oleh aktivitas tektonik di sesar aktif Sumatra yang belakangan ini terus bergejolak?

Sukhyar menjelaskan, secara teoretis terdapat hubungan tektonik dan keberadaan gunung api, mulai dari pembentukan magma di zona penunjaman lempeng tektonik hingga magma naik ke permukaan. Selain itu, tektonik dapat pula mempercepat proses vesikulasi atau pemisahan gas dari magma sebagai pemicu letusan.

Vesikulasi, ujar dia, dapat dianalogikan seperti gas yang terpisah dari sebuah botol minuman soda pada saat botol tersebut diguncang. Gas dalam sistem magma merupakan pendorong atau driving force letusan.

Kita sering merasakan gempa bumi dahsyat di suatu daerah, namun gunung api di sekitarnya tidak terganggu. Pengaruh gempa bumi terhadap gunung api akan direspons apabila memenuhi beberapa syarat.

Di antaranya gunung api dalam kondisi jenuh akibat mendapat tekanan yang terus-menerus dan tektonik mempercepat proses letusan atau dalam keadaan peningkatan kegiatan. "Gempa bumi tektonik memicu gunung api yang tengah 'sakit' untuk meletus lebih cepat," ujar Sukhyar.

Source: Koran Jakarta, 18 November 2012 

PETUALANGAN:Persahabatan,Cinta, dan Passion



Aku masih tetap mengucapkan beribu syukur bagi Sang Agung karena dengan kemurahannya melimpahkanku berlipatkali ganda keselamatan dan perjalanan hidup yang berwarna. Seperti ketika aku mengharapkan untuk terus berjalan mengarungi tempat-tempat dimana aku menemukan kehadiran Ilah Agung, persahabatan, keindahan, damai, pengetahuan, pengalaman dan cinta.

Senyuman-senyuman manis kerap kali menjadi perekat pertalian antara kita. Segala cerita seolah bersatu padu menebarkan tawa bagi semua yang mendengarnya. Dan ketika aku menyudutkan diri di sisi lain dari kebersamaan yang hangat itu, aku sedang menyimpan asa-tekat kuat untuk selalu mengabadikan setiap penggal waktu yang kita lewati bersama dalam coretan tangan yang menggambarkan senyum simpul dari bibirku ketika menyaksikan kau memberi nafas bagi setiap ruang dimana kita ada.

Segalanya tentang alam, gunung, danau, pantai, dan peradaban kota. Disana melewati pengembaraan jiwa yang ingin bertatap muka dengan hidup yang sesungguhnya. Menjalani waktu terus melaju melewati pagi, siang hingga malam dan merasakan udara dingin yang menusuk kulit dipagi hari, mengalami sengatan matahari di siang hari, belaian hutan-hutannya, gemuruh suara sungainya yang mengalir deras, rintik hujannya dan kebiasaan manusia mencari makan dalam bentuk yang sangat primitif.

Berulang kali menghadapi keserakahan manusia akan uang, kebiadaban manusia terhadap perilaku, dan berulang kali suhu emosi memuncak dan mengubun kala menghadapi kesemrautan perilaku. Itu jiwa kita yang tak mau tunduk oleh penindasan dan ketidakadilan. Kita berontak dengan sedikit hal yang menyimpang. Kita sadar dan berdaulat atas KASIH yang saling memberi dengan ketulusan. 

Kita jalani segala sudut itu, pebukitan yang mengitari danau luas dan tersohor itu, gunung termegah dan berat itu, air ajaib yang jatuhnya tinggi menjulang, pantai dengan golungan ombaknya serta peninggalan peradaban manusia yang paling memukai di kota kita akhirnya sudah kita taklukkan. Dan kejujuran dari dalam hati lebih baik dari pada kepura-puraan dari mulut yang berkata manis. Ku lihat dari hati kita terpancar rasa kagum yang tak terkira ketika telah sampai disana. Aku tersenyum simpul sembari berbisik pada Dia-Sang Agung “Trimakasih telah menghantarkan ku dan teman-temanku ketempatmu yang indah ini”. Aku bahagia karena kita punya satu rasa, satu passion yang sama.  

Dan satu masa yang melebihi dari itu adalah ketika leluconmu membangunkan seluruh teman lain yang telah tertidur. Tak ada alasan untuk tidak tertawa membahana mendengarnya, tak tertahankan sampai tak lagi ada diantara kita sekat untuk tidak saling mengenaL Keakraban itu melebur. Kedekatan itu mengalir tanpa ada aturan. Dan kita bercerita tentang alam, tentang Indonesia dan tentang sesuatu yang berhubungan dengan itu. Dan aku tetap menjadi penilai diantara kita, penilai yang mengukur luas pengetahuan, besar impian dan kekagumanmu akan objek yang kita bincangkan. 

Melaluimu teman, teguhlah pula passion yang menggelora di hati itu. Sebuah passion yang tumbvh dari kecintaan kita untuk bertualang, kebersamaan kita dalam tawa, persahabatan kita, Indonesia kita yang mempesona dan cinta yang tumbuh tanpa disadari diantara kita. Cinta yang saling mamahami lewat tatapan mata. Cinta yang tetap tertanam didalam hati yang sulit untuk dilepas dan menjadikannya sebagai bahan bakar semangat dan inspirasi. Inspirasi untuk menggapai segala angan, cita, mimpi dan bahagia. 

Dan hasrat terdalam yang tetap tertanam rapat dalam hatiku. Ketakutan dan juga rasa risau setelah itu adalah ketika kita berpisah. Ketika kita harus kembali keperadaban manusia yang penuh dengan segala aturannya, kesesakannya, dan ruang kita yang tak lagi berdekatan. Aku takut bilamana keakraban itu tak akan pernah lagi ada. 

Seperti masa-masa Pertemuan dan Perpisahan. Seperti ketika kita bertemu dengan seseorang yang kita tidak kenal dan pergi tanpa meninggalkan kesan apa-apa. Seperti juga ketika harus kehilangan teman-teman berkelana sepanjang waktu. 

Namun rasa takut itu semakin memberanikanku untuk terus melakukan perjalanan berikutnya, perjalanan yang bagiku adalah segalanya. Dan petualangan kita bagiku adalah kenangan, kenangan yang tak akan pernah pudar sedikitpun, tak akan pernah hilang. Dan senyum, tawa, canda, dan kegaduhan kita adalah kehangatan dari tali persahabatan yang semakin akrab dan closer. 

Semoga bertemu lagi dengan orang-orang seperti kalian yang pernah dekat dan simpati :)
Powered by Blogger.